Setelah selesai menunaikan ibadah haji, Abu Hafshin kembali ke Baghdad. Sahabat-sahabatnya menyambut kedatangannya. ”Oleh-oleh apa yang engkau bawa untuk kami?” tanya mereka.

”Oleh-olehku untuk kalian adalah apa yang akan kusampaikan ini,” kata Abu Hafshin, ”Mungkin sekali ada di antara sahabat kita yang tidak sanggup menghadapi hidup seperti yang seharusnya. Jika sikapnya kepadamu kurang baik, carilah ke dalam dirimu alasan untuk memaafkannya, lalu maafkan kesalahannya itu. Bila debu salah faham itu tidak bisa dihilangkan karena maaf itu dan kau berada di pihak yang benar, cari pula alasan lain untuk memaafkannya dan maafkanlah ia. Apabila debu salah faham itu masih juga tidak dapat dihilangkan sedang engkau berada di pihak yang benar, cari pula alasan lain walau sampai empat puluh kali. Jika debu itu tidak mau hilang juga sedang engkau berada di pihak yang benar, dan keempat puluh alasan tadi tidak dapat mengimbangi kesalahan yang telah dilakukannya terhadap dirimu, maka duduklah dan katakanlah kepada dirimu sendiri, ’Wahai betapa keras kepala dan kelamnya hatimu ini! Betapa keji hatimu, betapa buruk kelakuanmu, betapa angkuhnya dirimu! Saudaramu telah mengajukan empat puluh alasan agar kesalahannya dimaafkan, tetapi engkau tidak dapat menerima alasan-alasan itu dan tetap membenci dia. Aku berlepas tangan terhadapmu. Engkau tahu apa yang kau inginkan, berbuatlah sekehendakmu!”